TEMANGGUNG BERSENYUM

TEMANGGUNG BERSENYUM
TEMANGGUNG BERSENYUM

Rabu, 29 Juli 2015

KOPI ASLI TEMANGGUNG

Temanggung, kota kecil yang berhawa sejuk dan dingin. Kekayaan alam di Temanggung sangat melimpah, tanah-tanah subur, gunung Sumbing, Sindoro, Prau dan perbukitan lainnya. Hasil alamnya pun tak kalah melimpah di kabupaten Jawa tengah ini mempunyai banyak komoditas unggulan tembakau, dulu ada panili, hingga kopi.

Sentra-sentra robusta di Temanggung, ada di Pringsurat, Kranggan, Kaloran, Kandangan, Jumo, Gemawang, Candiroto, dan Bejen. Wilayah-wilayah tersebut ada yang menghasilkan kopi terbaik dan membawa nama Temanggung dikenal dalam dunia perkopian.Di Temanggung bukan saja penghasil kopi robusta tetapi juga penghasil kopi arabika meskipun tak sebanyak robusta. Kopi arabika temanggung masih sebagai tanaman untuk pembatas lahan atau untuk penguat teras. Masih sedikit yang tanam monokultur, tapi hampir ada didataran tinggi di wilayah Temanggung.
Salah satu desa di Temanggung Jawa Tengah yang menjadi sentra penghasil kopi terbesar adalah desa Gesing. Berjarak sekitar 12 km dari kota Temanggung ke arah Utara, Desa Gesing memiliki area perkebunan kopi seluas 112 hektar. Oleh karena itu, wajar saja jika sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani kopi. Bahkan, kini Desa Gesing sudah menjadi salah satu tujuan agrowisata kopi di Jawa Tengah.

Pada umumnya panorama desa Gesing hampir sama dengan desa-desa lain, yakni mulai dari bentuk rumah masyarakatnya yang masih tradisional, adanya jalan-jalan setapak, sampai dengan jejeran tanaman hijau dan rindang yang bertugas sebagai peneduh. Namun, yang membuat suasana yang berbeda dengan desa-desa lain ketika memasuki dan menapaki perkebunan kopinya. Saat melangkahkan kaki di perkebunan kopinya, aroma wangi bunga kopi yang sungguh khas, akan langsung terhirup oleh para wisatawan yang berkunjung.

Nah, uniknya disini guys para wisatawan dapat melihat langsung proses pengolahan kopi yang dikelola kelompok tani bernama Ngudirejeki. Mulai dari pemilihan biji yang dipanen, sortasi buah kopi basah, pengupasan kulit dan biji, pencucian biji yang masih diselimuti lendir, hingga pengeringan biji kopi yang dilakukan secara tradisional (dijemur) ataupun secara modern (mesin pengering).
Kopi temanggung sudah dikenal dan diakui oleh pecinta kopi mempunyai karakter yang beda dengan kopi lainnya. Baik kopi robusta maupun arabika di kabupaten temanggung memiliki ciri dan karakter khas tersendiri. Kopi robusta memiliki aroma lebih harum, bercitarasa lebih seperti cokelat dan memiliki bau khas yang menjurus manis, aroma kopi yang tajam dan sedikit pahit, namun akan menjadi sangat nikmat bila dipadu rasa manis dari gula, bahkan warga desa sering memakai gula Jawa, gula aren atau gula batu, bagi yang tidak suka ketiga gula ini dengan gula pasirpun tidak mengurangi cita rasa kopi Temanggung, rasa khas kopi Temanggung tidak kalah dengan kopi dari daerah lain seperti Toraja, Bali, Lampung atau daerah-daerah penghasil kopi lainnya.

Begitu juga dengan kopi arabika memiliki ciri khas yaitu memiliki rasa asam yang tertinggal lama di mulut.

Pricelist:
Roastbean: 15.000/100gram
minat/order: 081234944443/ 525a8125 

Kalian wajib nyobain kopi ini guys.
Selamat mencoba dan menikmati kopi ini ya guys

BERSENYUM di Kota Temanggung

BERSENYUM di Kota Temanggung

(Oleh-oleh dari Studio Perencanaan Kota – Program Sarjana PWK ITB)
Kota Temanggung berada di Kabupaten Temanggung. Kota ini menjadi pusat pemerintahan dari daerah tersebut. Perkembangan kota ini banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan alam yang subur di wilayah sekitarnya. Daerah sekitar bukannya justru menjadi hinterland yang dapat diabaikan begitu saja. Kabupaten Temanggung terkenal dengan beragam hasil bumi yang memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan hasil bumi yang sama di daerah lainnya. Kota ini pun mendapatkan “hidup” daru kemampuan menciptakan ketekaitan dengan wilayah sekitarnya ini, misalnya dengan menjadi pusat administrasi pemerintahan daerah maupun menjadi pusat koleksi dan distribusi dari hasil bumi yang diproduksi oleh sekitarnya.
Panorama pegunungan yang dapat dinikmati dari sela-sela bangunan di tengah Kota Temanggung
Panorama pegunungan yang dapat dinikmati dari sela-sela bangunan di tengah Kota Temanggung
Dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa Tengah, Temanggung ditempatkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Secara kawasan, Kota Temanggung berada di dalam kawasan yang dikategorikan dalam perkembangan stagnan. Dengan membandingkan kondisi kota ini lima tahun lalu, nampak pertumbuhan secara fisik tidak berlangsung pesat. Namun, secara perlahan kota ini berbenah dengan cara mengembangkan sektor-sektor basis lainnya, diantaranya jasa keuangan dan pariwisata.
Sejarah Kota
Sejarah kota ini dapat dirunut jauh sebelum dinasti Mataram Islam. Keberadaannya sekarang tidak dapat dilepaskan dari sejarahnya tersebut. Konteks sosial politik yang berkembang saat itu mempengaruhi posisi strategis kota, meskipun kondisi fisik geografisnya turut berkontribusi, terutama dalam tahap perkembangan saat ini. Dimulai pada pertengahan abad ke-IX, dibuat Prasasti Wanua Tengah yang menceritakan perubahan status tanah di Desa Wanua Tengah (sekarang disebut Desa Wanua Tengah di Kec. Bulu di sebelah barat kota), yang semula merupakan tanah perdikan atau tanah Simah yang mendapat kebebasan pajak. Perubahan status tanah ini terkait dengan persembahan kepada biara di Pikatan oleh Rakai Panangkaran, berlokasi 3 km dari pusat Kota Temanggung. Permukiman pun tumbuh di daerah ini yang secara perlahan menjadikan daerah sekitarnya menjadi berkembang. Daerah lainnya yang turut berkembang menjadi kota di Kabupaten Temanggung adalah Parakan, yang terletak di sebelah timur Kota Temanggung. Desa ini mulanya berasal dari kata “marak” yang didirikan oleh Prabu Benowo.
Pada pemerintahan Sultan Agung (1613 – 1645), daerah Kedu termasuk ke dalam Jawi Rangkah yang dibagi menjadi 2 bagian. Sebagian dari daerah tersebut disebut sebagai Siti Bumi dan sebagian lagi sebagi Siti Bumijo. Kota Temanggung berada di dalam Siti Bumi. Tahun 1827, Raden Ngabehi Jayanegara menjadi bupati di Menoreh menurut pengangkatan oleh pemerintah Hindia Belanda. Sementara itu, Temanggung menjadi ibukota dari Menoreh. Selanjutnya Temanggung memiliki Asisten Residen dengan pertimbangan keamanan. Pada tahun 1834, Asisten Probolinggo dipindahkan ke Kabupaten Menoreh yang berubah menjadi Kabupaten Temanggung. Tahun-tahun berikutnya adalah saat-saat daerah ini memperoleh status otonominya dengan Kota Temanggung menjadi salah satu dari dua kawasan perkembangan yang berkembang, yaitu Temanggung dan Parakan.